Buddha
diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau
diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahanNya. Inilah
alasan mengapa kita, seorang Buddhis, menganggap ajaran Buddha sebagai
jalan hidup tertinggi.
Apa sajakah keunggulan-keunggulan yang menumbuhkan kekaguman kita terhadap ajaran Buddha?
1. AJARAN BUDDHA TIDAK MEMBEDAKAN KELAS / KASTA
Buddha
mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta
atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu
kepercayaan. Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya. Dengan
berbuat jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan berbuat baik,
seseorang menjadi baik. Setiap orang, apakah ia raja, orang miskin atau
pun orang kaya, bisa masuk surga atau neraka, atau mencapai Nibbana, dan
hal itu bukan karena kelas atau pun kepercayaannya.
2. AJARAN BUDDHA MENGAJARKAN BELAS KASIH YANG UNIVERSAL
Buddha
mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih)
kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah
membedakan bangsa. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya. Metta
harus dipancarkan kepada semua hewan termasuk yang terkecil seperti
serangga.
3. DALAM AJARAN BUDDHA, TIDAK SEORANG PUN DIPERINTAHKAN UNTUK PERCAYA
Sang
Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaranNya.
Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada hasil kajian masing-masing
individu. Buddha bahkan menyarankan, “Jangan
percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan
kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan.” Ajaran
Buddha tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dan
kritik-kritik terhadap ajaranNya. Jelaslah bagi kita bahwa ajaran Buddha
memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.
Ini bisa dibandingkan dengan pepatah bahasa Inggris, “God helps those who help themselves” –Tuhan
menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Inilah ajaran Buddha
yang menyebabkan umat Buddha mencintai kebebasan dan kemerdekaan, dan
menentang segala bentuk perbudakan dan penjajahan.
Buddha
tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan
seseorang ke surga, atau Nibbana; karena semua itu tergantung akibat
dari perbuatan tiap-tiap orang, sementara Buddha hanyalah guru atau
pemimpin. Seperti tertulis dalam Dhammapada, “Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan.” Pilihan untuk mengikuti jalanNya atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan.
5. AJARAN BUDDHA ADALAH AJARAN YANG SUCI
Yang dimaksudkan di sini adalah ajaran tanpa pertumpahan darah.
6. AJARAN BUDDHA ADALAH AJARAN YANG DAMAI DAN TANPA MONOPOLI KEDUDUKAN
Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, “Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian.” Pada saat yang sama, Beliau memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Beliau berkata, “Seseorang
yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati.
Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya
sendiri, dialah pemenang tertinggi.”
Di
sini, menaklukkan diri sendiri terletak pada bagaimana mengatasi kilesa
(kekotoran batin). Andaikan semua orang menjadi umat Buddha, maka
diharapkan manusia akan beroleh perdamaian dan kebahagiaan. Buddha
mengatakan bahwa semua makhluk harus dianggap sebagai sahabat atau
saudara dalam kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Beliau juga
mengajarkan semua umat Buddha untuk tidak menjadi musuh orang-orang
tidak satu keyakinan atau pun menganggap mereka sebagai orang yang
berdosa. Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak
peduli kepercayaan apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama
untuk memperoleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang
akan datang. Sebaliknya, siapapun yang menganut ajaran Buddha tetapi
tidak mempraktikkannya, hanya akan memperoleh sedikit harapan akan
pembebasan dan kebahagiaan.
Dalam
ajaran Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai
kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai
Kebuddhaan.
Kebodohan,
ketamakan, keuntungan, kedudukan, pujian, kegembiraan, kerugian,
penghinaan, celaan, penderitaan –semua adalah akibat dari
keadaan-keadaan yang memiliki sebab.
Akibat-akibat
baik muncul dari keadaan-keadaan yang baik, dan akibat buruk muncul
dari penyebab-penyebab buruk pula. Kita sendiri yang menyebabkan
keberuntungan dan ketidakberuntungan kita sendiri. Tidak ada Tuhan atau
siapapun yang dapat melakukannya untuk kita. Oleh karena itu, kita harus
mencari keberuntungan kita sendiri, bukan membuang-buang waktu menunggu
orang lain melakukannya untuk kita. Jika seseorang mengharapkan
kebaikan, maka dia hanya akan berbuat kebaikan dan berusaha menghindari
pikiran dan perbuatan jahat.
Prinsip-prinsip
sebab dan akibat; suatu kondisi yang pada mulanya sebagai akibat akan
menjadi sebab dari kondisi yang lain, dan seterusnya seperti mata
rantai. Prinsip ini sejalan dengan pengetahuan modern yang membuat
ajaran Buddha tidak ketinggalan zaman daripada kepercayaan-kepercayaan
lain di dunia.
0 comments:
Post a Comment