Wednesday, March 30, 2011

BAB 1


Thursday, March 17, 2011

History Guan Shi Yin Pu Sa

Kwan Im (Hanzi:觀音; Pinyin: Guān Yīn) adalah penjelmaan Buddha kasih sayang di Asia Timur. Kwan Im sendiri adalah dialek Hokkian yang dipergunakan mayoritas komunitas Cina di Indonesia. Nama lengkap dari Kwan Im adalah Kwan She Im Phosat (Hanzi: 觀世音菩薩, pinyin: Guan Shi Yin Pu Sa) yang merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Sanskrit, Avalokitesvara.

Buddha

Era Dinasti Han 206 BC- 220 AD Pada Tahun era 156 Bc pada masa pemerintahan Han Wu Di (156 - 83 BC) , dan dimasa dinasti Han Barat. Jalur Sutra dibuka untuk melakukan perdagangan dengan negara - negara tetangga. Pada Tahun 130 Bc Seorang petualang, penjelajah dan pedagang bernama Zhang Qian's melakukan perjalanan kembali kenegeri tiongkok dengan membawa Patung Buddha, Lukisan dan beberapa material yang berasal dari negeri India. Pada Waktu itu kaisar Han Wu Di tidak ada itikad untuk beragama Buddha ataupun mempelajari Budhism semua barang - barang tersebut hanyalah menjadi perhiasan istana saja.

Sistem pemerintahan Dinasti Han sendiri lebih banyak dipengaruhi dari agama Tao dan Kong Fu Cu sebagai landasan negara.

Agama Buddha yang masuk negeri tiongkok itu sendiri merupakan aliran Mahayana pertama kalinya. Yang menyebar luas kedaerah utara seperti negeri Tiongkok. catatan Aliran Buddha Mahanaya terbentuk pada Tahun 5 Ad di negeri Tiongkok sendiri. Pada Tahun 68 Ad pada masa pemerintahan kaisar Ming dari era Dinasti Han. Membangun Sebuah Vihara pertama kalinya dinegeri tiongkok yang kemudian menjadi pondasi dasar agama Buddha di negeri Tiongkok. Vihara Tersebut di beri nama Vihara Kuda Putih(Baimasi 白馬 寺). Vihara ini Berada diwilayah propinsi Henan / atau kota lou yang. Sejarah pembangunan vihara kuda putih ini merupakan situs agama Buddha penting di negeri tiongkok. Catatan Dari Hou Hansu terdapat kunjungan seorang Bhiksu bernama YueZhi yang masuk kedalam kerajaan pada tahun 2 Bc.

Bikhu yue Zhi memulai mengajar darma dan mengajar cara membaca sutra Buddha kepada rakyat tiongkok, Disini era dimulainya agama Buddha di negeri Tiongkok. Selain itu bhiksu Yue Zhi membawa rekananya dari India yang bernama Dharmaraksa dan Kasyapa Mataga mereka yang nantinya menulis sutra yang berasal dari 600.000 kata.

Dan diberi judul " 42 bagian Sutra yang berasal dari perkataan Buddha (四十二章經)". Ini adalah sansekrit pertama yang berbahasa Mandarin yang kemudian menjadi basis pentunjuk tata cara sembayang bagi Sangha ataupun umat di negeri Tiongkok. Pada Tahun 164 - 186 Ad seorang Bhiksu bernama Kushan Lokaksema dan menjadi penerjemah Sutra Mahayana yang pertama dalam bahasa mandarin dinegeri Tiongkok.

Masa pembangunan vihara kuda putih ini dimulai dari Kaisar ming ( 28 Ad – 75 Ad) sendiri bermimpi tentang Buddha Sedang berdiri diatas awan dan terbang menuju arah barat. Dan kaisar Ming menanyakan kepada menterinya Zhong Hu. Kemudian perdana menteri Zhong Hu menjelaskan mimpi dari kaisar Ming itu sendiri bahwa ia bermimpi tentang Buddha. Kemudian ia mengutus 18 delegasi dari negeri tiongkok untuk mencari Buddha yang dipimpin oleh Cai Yin, Qin Jing and Wang Zun. Mereka kembali dari negeri Tiongkok setelah melakukan perjalanan dari sekitar negeri Afganistan dengan membawa Lukisan Buddha, Patung Buddha, 42 Sutra dan 2 Anggota Sanggha.

Kemudian setahun berikutnya Kaisar ming mulai membangun Vihara kuda putih. Pada Era 160- 220 Ad. Dinasti han mengalami gejolak pemberontakan dimana - mana. Pada masa ini agama Buddha masih belum luas. Tetapi Wihara sudah ada pada era tersebut.

Pada era ini yang nantinya Terdapat salah tokoh sejarah yang mempengaruhi Buddha Mahayana nantinya yang menjadi Bodhisatva yang kita kenal sebagai Sangha Rama Atau Kuan Di Gung (pembahasan beliau saya akan ungkapkan dalam bab Para bodhisatva dari Buddha yang mempengaruhi negeri Tiongkok

Liu Bo Wen Taosis Yang Membocorkan Rahasia Takdir Langit.

 Ramalan Liu Bowen pada masa Dinasti Ming yang dikenal dengan "Sau Ping Ge" dengan jelas menyebutkan perubahan-perubahan besar yang akan terjadi di negeri China. 

Liu Bowen adalah seorang perdana menteri yang mendirikan negara Dinasti Ming (1368-1644), ia juga adalah salah satu penulis tiga ramalan besar yang populer di kalangan rakyat China kuno yang berjudul Sau Ping Ge (Sau Ping = kue bulat pipih panggang yang ditaburi wijen di atasnya; Ge = lagu). Ia dengan tepat meramalkan peristiwa penting yang terjadi dari awal Dinasti Ming hingga kini, terutama meramalkan akan penyebaran besar-besaran Falun Dafa serta makna yang mendalam terhadap umat manusia. Berikut ini mari kita tinjau sebentar relevansi beberapa peristiwa Liu Bowen dan ramalannya dalam masa sekarang.

Liu Ji, masyarakat menyebutnya Liu Bowen, adalah seorang perdana menteri perencanaan pendiri negara Dinasti Ming Taizu (1328-1398). Pada usia 22 tahun, beliau lulus ujian dan dapat ranking tertinggi kerajaan. Sifatnya dikenal lurus, teguh, jujur dan terus terang, jujur dalam menunaikan tugas jabatan. Belakangan ia kehilangan jabatan karena membongkar kasus seorang pengawas kerajaan, terdepak lalu pulang ke rumah dan mengasingkan diri. Setelah Zu Yuanzang merekrut tentara, Liu Ji pergi menggabungkan diri, dan akhirnya membantu Zu Yuanzang sampai berhasil mendirikan kerajaannya.

Zu Yuanzang sepertinya dapat angin saja, menumpas habis lawan-lawannya dan berakhir dengan menggulingkan Dinasti Yuan, semua berkat bantuan siasat dari Liu Ji saat itu. Akhirnya karier Zu Yuanzang sebagai seorang kaisar seperti yang diramalkan oleh Liu Ji terwujud. Namun kalau berbicara dari sudut pandang lain, bahwa pergantian suatu dinasti atau pemerintahan, sudah suratan takdir dari-Nya. Dalam Sau Ping Ge, Liu Bowen berhasil meramalkan masa mendatang nan jauh, tentu saja ia telah mengetahui ajal daripada Dinasti Yuan itu sudah habis, dan Dinasti Ming akan berjaya. Oleh karena itu dia baru dapat menyesuaikan dengan kehendak dari atas dan jadilah ia seorang perdana menteri yang terkenal di masa itu.

Sebagai penguasa kerajaan, Zu Yuanzang yang membangun Dinasti Ming Taizu selalu resah dengan kekuasaannya, apakah kedudukannya itu dapat dipertahankan dengan langgeng? Dia tahu bahwa Liu Bowen adalah seorang Dao (Tao) yang sangat mengetahui ilmu matematika, lalu bertanyalah pada Liu tentang peristiwa yang akan terjadi di kemudian hari. Penggantian sebuah dinasti adalah suratan takdir, rahasia atau kehendak Tuhan itu tak bisa dibocorkan dengan seenaknya. Namun hitung punya hitung Zu Yuanzang adalah seorang kaisar, tidak enak untuk menolaknya, lalu Liu Bowen pun menggubah sebuah lagu syair dengan arti yang samar-samar untuk mengabulkan perintah sang kaisar, sekaligus meninggalkan sebuah karya besar bagi generasi berikutnya yang mengejutkan dunia karena ketepatannya dalam ramalan yang sulit untuk dipercaya. Berhubung saat Liu menghadap, sang kaisar sedang makan kue kering siopia (sauping), maka diberilah nama (Sau Ping Ge) pada gubahannya itu.

Pada suatu hari, Sang Kaisar Ming Taizu sedang berada di balairung sambil menikmati kue, baru makan sepotong, tiba-tiba seorang pengawas melaporkan bahwa Liu Bowen ingin menghadap, sang kaisar segera membalikkan mangkknya lalu mempersilakan Liu masuk, setelah diberi hormat, sang kaisar bertanya: "Anda tahu banyak tentang ilmu matematika, lalu tahukah Anda apa gerangan yang ada di dalam mangkuk itu?" Liu lalu meramal dengan menguji jari-jemarinya dan menjawab, "Yang ada di dalam mangkuk itu separuhnya menyerupai matahari dan separuhnya lagi mirip bulan, telah digigit sepotong oleh sang naga emas, maka tak lain dan tak bukan isinya itu adalah makanan." Begitu dibuka ternyata benar.

Sesudah itu sang kaisar bertanya : bagaimana masalah yang terjadi di dunia di kemudian hari: "Peristiwa apa yang akan terjadi di dunia di kemudian hari? Apakah keluarga Zu akan menikmati selama-lamanya?"

Liu Bowen menjawab: "Takdir Tuhan luas tak ada batasnya, anak cucu Tuan puluhan ribu, untuk apa bertanya pada hamba."

Sangat jelas di sini, bahwa jawaban Liu terhadap pertanyaan Zu Yuanzang mengucapkan kalimat yang mengandung dua makna, dari permukaan itu adalah sepatah kata penghormatan, mengatakan secara jelas bahwa singgasana sang kaisar akan bertahan selama-lamanya, namun sesungguhnya adalah ramalan yang jelas dan tepat bahwa kekuasaan Dinasti Ming akan bertahan hingga Zhung Zen sang cucu kaisar saja. Kelihatannya saat itu Liu Ji tidak enak untuk mengatakannya secara jelas serta tidak berani menanggung dosa membohongi kaisar, sehingga melontarkan kalimat yang bermakna rangkap.

Silakan simak kata-kata berikut ini:
Kaisar: "Walau dari dulu hingga sekarang, jatuh-bangunnya sebuah kerajaan sudah suratan tangan dari-Nya, apalagi di dunia kekuasaan ini bukan milik seseorang saja, hanya bagi mereka yang berahklak saja akan menikmatinya, tak ada salahnya jika berkata sacara terus terang, dan coba diuraikan saja."

Liu berkata, "Jikalau membocorkan rahasia Tuhan, dosa hamba tidak ringan, hamba bisa membuat amarah baginda, menerima hukuman mati ribuan kali, kalau baginda memberi tanda pembebasan hukuman mati, hamba baru berani dengan gegabah mempersembahkan saran."

Sang kaisar lalu segera memberi tanda perintah pembebasan dari hukuman mati, Liu berterima kasih atas pengampunan sang kaisar. Meskipun sang kaisar pada zaman dahulu kala adalah penguasa tertinggi dalam suatu negara, namun dia tahu juga bahwa jatuh bangunnya sebuah kerajaan itu ditentukan oleh takdir serta sulit ditolak. Apalagi efek ucapan sang kaisar itu luar biasa besar, itulah sebabnya setelah beliau diberikan tanda perintah pembebasan dari hukuman mati oleh sang kaisar, maka mulailah ia mengungkapkan peristiwa yang akan terjadi di masa akan datang dengan lagu syair dan berusaha sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang dikatakan dalam takdir itu. Ucapannya itu hanya menggunakan perkataan insinuisi dan arti kiasan dalam jumlah besar saja, oleh karena itu, setelah suatu peristiwa terjadi, orang baru sadar akan tepatnya ramalan itu.

Sau Ping Ge secara tepat mengisahkan tentang "perubahan tanah dan kayu", "keluarga pejabat mengacaukan pemerintahan", "masuknya tentara Ching ke Tiongkok", "masa keemasan Kaisar Kangxi (1662-1722) dan Jianlong (1736-1795)" serta "akhir dari Dinasti Ching dan setelah pemerintahan Minkuo (1912-1949), sampai "tersebar luasnya Falun Dafa" yang sudah bersejarah 600 tahun lebih. Bagi mereka yang telah menjadi bagian dari sejarah pun tahu, di samping itu penjelasannya juga tidak sedikit, untuk itu tidak dirinci satu per satu lagi di sini, namun bagi peristiwa kini dan masa mendatang, baru menjadi topik utama artikel ini. Paragraf terakhir dari Sau Ping Ge itu ada kaitannya dengan Falun Dafa, menyangkut hal-hal yang detail, rinciannya pun tidak dibahas lagi di sini. Berikut ini kami sampaikan paragra lain dialog antara Liu Bowen dengan Kaisar Ming Taizu, pembahasannya lebih jelas dan menarik.

Kaisar: Setelah akhir darma siapakah yang akan menyebarkan Dao (Tao, jalan kebenaran)?
Liu menjawab: Ada syair sebagai bukti; "Tidak mirip biarawan dan tidak mirip pendeta Dao, kepala mengenakan topi wol yang berbobot 4 tahil (200 gram). Buddha sejati itu tidak berada di dalam vihara, dan dialah memegang pucuk pimpinan agama Buddha Maitreya."

Kaisar: Di mana tempat Buddha Maitreya turun ke dunia ini?

Liu menjawab: Silakan dengar ucapan hamba ini: "Tokoh agama di masa mendatang turun ke dunia fana, tidak lahir di rumah pejabat atau pegawai negeri, tidak sebagai putra mahkota yang ada di istana, tidak berada di biara Buddha atau kompleks Dao, tapi justru turun di dalam rumah miskin dengan balai rerumputan, menyebarkan emas di selatan Yan dan utara Zhao."

Kaisar: Tolong diterangkan dengan jelas dan supaya generasi berikutnya mengetahuinya dengan jelas apa yang akan terjadi setelah Dinasti Ching berakhir.

Liu menjawab: Hamba tidak berani beberkan semuanya, namun sebelum dibukanya angkutan laut untuk umum, Dinasti Ching stabil adanya, setelah angkutan laut dibuka, senjata dan tentara digunakan, jika semuanya sudah dibuka kembali, sudah pasti 'air tua' akan kembali ke ibukota.

Kaisar: Apakah 'air tua' ada gunanya?

Liu: Ada, ada, ada, para Dao di bawah bimbingannya masuk ke dalam barisan kultivasi, tubuh besar berubah kecil, yang tua akan berubah menjadi muda, para biksu disukai oleh wanita cantik, sungguh lucu yang akan datang sungguh lucu, saat wanita kawin dengan biksu akan tiba!

Kaisar: Mengapa Anda menyebut kata Dao?

Liu: Setelah tiba masa akhir zaman, penguasa alam semesta turun ke dunia, ribuan Buddha turun ke dunia fana, seluruh langit penuh bintang, kelompok A Han, Bodhisattva memenuhi seluruh langit, sulit melepaskan diri dari bencana ini, adalah Buddha pada masa akan datang, turun ke dunia menyebarkan Dao, Sang Buddha dan para penguasa alam di atas langit dan di bumi, tidak ketemu benang emas perjalanan, sulit terhindar dari bencana, buah status tersingkirkan, setelah akhir darma, Maitreya menutup 81 bencana.

Penjelasan:
Asal-usul: Paragraf ramalan ini menceritakan dengan jelas asal usul Falun Dafa, awal mula sampai dengan penyebarannya. "Setelah akhir darma siapakah yang akan menyebarkan Dao" itu menunjukkan Fa (hukum) dan Dao pada masa akhir dari akhir darma siapa yang menyebarkannya.

Liu menjawab: "Tidak mirip biarawan dan tidak mirip pendeta Dao" menunjukkan bukan seperti tokoh dalam agama, "kepala mengenakan topi wol yang berbobot 4 tahil (200 gram)" hanya suatu perbandingan, sebab rambut orang masa kini (pria) beratnya hanya 4 tahil. "Buddha sejati itu tidak berada di dalam vihara, dan dialah memegang pencetus agama Buddha Maitreya", secara jelas mengatakan Buddha Maitreya turun bukan dalam agama Buddha, namun adalah "justru turun di dalam rumah miskin dengan balai rerumputan" secara mutlak adalah keluarga biasa yang miskin. Karena Master Li Hongzhi menyebarkan Falun Dafa adalah dengan metode "Falun Gong", dan bukan dengan agama Buddha atau agama lainnya, dan juga Master Li Hongzhi dilahirkan dalam keluarga miskin.

Mengenai turun ke dunia fana dan tempatnya:

Kaisar berkata: "Di mana tempat Buddha Maitreya turun ke dunia ini?"

Liu berkata: "Silakan dengarkan ucapan hamba ini: Tokoh agama di masa mendatang turun ke dunia fana.." Paragraf ini secara jelas menceritakan kelahirannya. Paragraf terakhir; "menyebarkan emas di selatan Yan dan utara Zhao. "Yan" menunjukkan bagian utara Hepei, dahulu disebut negara Yan. 'selatan Yan' menunjukkan sekitar Beijing (sebab bagian utara Beijing adalah pegunungan Gunung Yan, juga karena hal ini memperoleh nama seperti ini); 'Zhao' dahulu menunjukkan bagian selatan dan sekitar Hepei. Karena ibukota negara Zhao dulu di selatan Beijing. Oleh sebab itu selatan Yan dan utara Zhao tidak ragu-ragu lagi itu adalah Beijing. "Menyebarkan emas" ini menunjukkan pada tahun 1992, Master Li Hongzhi mulai menyebarkan Dafa di Beijing (saat pameran kesehatan Pekan Oriental agar dikenal orang-orang).

Waktu:
Setelah masa tertentu Dinasti Ching sampai "terbuka secara menyeluruh" yang disebut keterbukaan masa revolusi "semua sudah terbuka", dan juga orang yang berkuasa namanya mengandung tulisan air dalam bahasa Tionghoa. "Air tua" (menunjukkan yang lain, di sini tidak diperbincangkan).

Kaisar berkata: "Tolong diterangkan dengan jelas dan supaya generasi berikutnya mengetahuinya dengan jelas apa yang akan terjadi setelah Dinasti Ching berakhir." (Karena Liu Bowen ada syair lagu Sau Ping Ge, ini untuk dilihat orang masa mendatang, pernah meramal dinasti tertentu setalah Ming),

oleh sebab itu dia berkata: "Sebelum dibukanya angkutan laut untuk umum, Dinasti Ching stabil adanya" menunjukkan sebelum keterbukaan Ching ia adalah stabil, "setelah angkutan laut dibuka senjata dan tentara digunakan" menunjukkan setelah akhir Ching kekuatan menyerang masuk ke Tiongkok, kemudian perang dari tahun ke tahun sampai "semuanya sudah dibuka kembali" yaitu Tiongkok membuka secara total terhadap perdagangan luar negeri (termasuk WTO sekarang). "sudah pasti 'air tua' akan kembali ke ibukota." 'Air tua', menunjukkan materi dalam air, air sebagai nama, kembali ke ibukota, menunjukkan kedudukan di Beijing menjadi kepala negara.

Dao, bagaimana berkultivasi?

Kaisar: "Mengapa Anda menyebut kata Dao?"

Liu: "Setelah tiba masa akhir zaman, menunjukkan ketika masa akhir darma akan berakhir, menunjukkan waktu. "Penguasa alam turun ke dunia, ribuan Buddha turun ke dunia fana" secara jelas mengatakan Buddha, Dao dan dewa di atas langit serta makhluk berjiwa yang lebih tinggi juga akan turun menerima dan berasimilasi dengan Dafa ini. "Bencana ini" menunjukkan diturunkan ke tengah manusia, mempergunakan fisik manusia untuk berevolusi dengan Dafa, seperti Buddha Boddhisattva sesungguhnya menunjukkan Buddha: planet bintang-bintang memenuhi seluruh langit, kelompok A Han menunjukkan Dao dan aliran lainnya. Juga adalah Buddha akan datang (Buddha Maitreya atau bisa disebut Buddha akan datang), turun menyebarkan Dao, Sang Buddha dan para penguasa di langit dan bumi, biar siapa pun dia, tidak ketemu "seutas perjalanan" yang berharga ini, yaitu seutas perjalanan yang lebih berharga dari emas, sulit melewati bencana ini, buah statusnya dapat tersingkirkan.

Dialog ini sudah dikatakan dengan sangat jelas, mengemukakan secara jelas terhadap masa kini, karakter dan penyebaran Dafa di masa kini. Yang lebih mengejutkan orang adalah, dia mengemukakan biar Sang Buddha dan para penguasa di langit, juga harus turun berevolusi dengan "Sejati, Baik, Sabar" dari Dafa. Ini sama dengan apa yang diramalkan oleh ramalan Barat masa manusia dan dewa bersamaan mempunyai pengertian yang sama. Dari sini dapat diketahui, jika menghina Dafa, menindas pengikut Dafa yang sejati dosanya pasti akan sangat berat. Rahasia langit sudah terkuak menunggu kapan lagi: fakta sesungguhnya terungkap sudah terlambat disadari. Sadarlah!

Tindakan Kita Menentukan Takdir Kita


Jet Li mungkin merupakan aktor laga paling terkenal di Asia, dan namanya juga semakin dikenal di kalangan Hollywood. Dalam biografi singkat berikut ini, dia menceritakan ketertarikannya terhadap ajaran Buddha dan misinya untuk memperkenalkan ajaran Buddha kepada dunia.



Pada tahun 1997, saya memutuskan untuk pensiun dari dunia perfilman. Dikarenakan satu hal, yaitu saya sangat lelah. Coba Anda pikirkan: mulai dari umur 8 tahun, Anda latihan wushu 8 jam sehari selama 10 tahun. Kemudian Anda mulai bermain film, dan itu kurang lebih merupakan kegiatan yang sama. Dan kapan pun Anda berbicara kepada reporter, mereka selalu membujuk Anda untuk berpose di depan kamera. Tetapi Anda menjadi terkenal dan menghasilkan banyak uang. Anda juga mendapat beberapa luka yang serius.



Tahun-tahun pun berlalu. Saya dapat menyimpulkan bahwa setiap taraf kehidupan memiliki logika tersendiri. Dengan jujur saya katakan, saya tidak tertarik untuk mengumpulkan lebih banyak uang ataupun kekuasaan. Cukup dengan berbuat yang benar kepada ibu saya, keluarga saya dan anak-anak saya-untuk menyediakan nafkah bagi mereka. Jadi, saya memutuskan untuk pensiun.



Pada waktu yang sama, saya bertemu dengan Lho Kunsang Rinpoche, seorang guru spiritual dari Buddhisme Tibet. Dia bertanya kepada saya mengapa saya pensiun. Dan saya katakan kepadanya :"Untuk mempelajari Ajaran Buddha. Untuk hidup dalam kehidupan religius."



Rinpoche itu berkata kepada saya: "Anda belum boleh pensiun-belum saatnya."

Sekarang, dalam karir saya, saya telah bertemu dengan banyak guru, dan semuanya memberitahu saya bahwa nasib saya berhubungan dengan ajaran Buddha. Bahkan selama syuting film Shaolin Temple, ketika saya belajar bermacam- macam upacara keagamaan untuk karakter yang saya perankan, orang-orang di kuil berkata kepada saya: "Anda seharusnya menjadi seorang bhikkhu!" (Dan sutradara berkata, "Tidak, tunggu! Jangan melakukannya-kita masih ada film yang harus diselesaikan!!")



Tetapi saya juga telah lama merasakan bahwa karma saya telah membawa saya untuk menjelajahi jalan Buddhis dengan sungguh-sungguh. Saya berkata kepada Rinpoche, "Semua orang telah mendesak saya untuk menjadi seorang bhikkhu atau meninggalkan keduniawian dan belajar kitab suci. Sementara Anda malah menyuruh saya kembali bekerja."



Dia berkata, "Anda belum menyelesaikan misi Anda dalam kehidupan ini."



"Bagaimana mungkin?" saya bertanya kembali. "Saya puas dengan apa yang telah saya dapatkan, dan apa yang telah dapat saya berikan. Saya puas dengan karir saya, reputasi saya, keluarga saya. Saya telah menyelesaikan semua yang telah saya rencanakan. Apa lagi yang bisa diharapkan oleh setiap orang dari saya?"

"Itu bukanlah sesuatu yang kamu berikan kepada perorangan. Anda masih mempunyai sebuah tanggung jawab lebih besar."



"Baiklah, beritahukan kepada saya apa tanggung jawab tersebut," saya menjawab. Jika saya mengetahui apa tanggung jawab tersebut, mungkin saya dapat berubah pikiran dan menjalankan tanggung jawab tersebut.



"Saya tidak bisa memberitahukannya kepada Anda," dia menjawab. "Anda akan menyadarinya melalui pengalaman Anda sendiri."

"Baiklah," kata saya dengan sedikit keraguan. "Jika Anda berkata demikian, maka saya akan mencarinya." Saya tidak mengerti apa yang dikatakannya.



Dan kemudian saya pun meneruskan membuat film. Saya membintangi Lethal Weapon 4, dan untuk 1 atau 2 tahun mendatang, saya menyibukkan diri berusaha untuk mencari apa sebenarnya tanggungjawab tersebut.



Ketika Rinpoche mengunjung saya di Amerika, saya mulai mendapatkan gambaran tentang apa yang dia maksudkan tersebut. Saya telah menemukan petunjuk- petunjuk tentang apa yang seharusnya saya lakukan. Dan itu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan motivasi saya untuk membuat film.



Alasan apa lagi yang dapat memotivasi saya untuk mempertahankan karir ini, dengan kerja fisik yang sangat melelahkan dan risiko luka? Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya adalah tipe orang yang tidak mengagungkan uang ataupun popularitas. Saya telah memperoleh uang yang cukup untuk menghidupi keluarga saya untuk waktu yang sangat lama.



Dan popularitas, seperti yang kita semua ketahui, sangat cepat hilang. Berapa banyak orang-orang terkenal yang masih hidup dalam sejarah? Berapa banyak artis yang berada di Hollywood seorang diri? Dan berapa banyak dari mereka yang telah dilupakan?



Waktu memudarkan segalanya. Para remaja bahkan tidak mengetahui nama-nama bintang generasi sebelumnya. Jika Anda bisa melihat kenyataan dari sebuah popularitas, maka Anda tidak akan membiarkannya menguasai Anda. Tetapi tahun lalu, saya akhirnya menemukan tanggung jawab tersebut. Saya mempunyai tanggung jawab untuk membantu memperkenalkan ajaran Buddha ke dunia barat-dengan cara dan media modern.



Ada beberapa pemikiran mendasar dalam ajaran Buddha. Saya akan membicarakan dua di antaranya sekarang. Salah satu konsep tersebut adalah karma: bahwa perbuatan Anda menentukan nasib Anda. Konsep yang satu lagi adalah cinta kasih, atau belaskasih. Memperlakukan setiap orang dengan cinta kasih.



Saya mulai memperhatikan bahwa banyak sekali orang yang suka mengeluh-mengenai kesehatan, pekerjaan, atasan, hubungan, dan keluarga mereka. Orang-orang terus mengeluh mengenai apa yang salah dengan hidup mereka dan bagaimana setiap orang membuat hidup mereka menjadi susah. Tetapi segala sesuatu yang terjadi kepada Anda disebabkan oleh perbuatan Anda di masa lalu. Sama halnya dengan apa yang Anda lakukan dalam kehidupan sekarang- pikiran, ucapan, dan perbuatan-menentukan apa yang akan terjadi pada Anda di kehidupan mendatang. Sekarang, bayangkanlah jika Anda harus menulis sebuah "laporan" pada akhir hidup Anda. Anda memang dapat mengelabui orang lain tetapi Anda tidak bisa membohongi diri Anda sendiri; Anda mengetahui siapa yang telah Anda keluhkan, tugas apa yang belum diselesaikan, dan janji mana yang gagal Anda penuhi.



Jika Anda berpikir dengan cara seperti ini, Anda dapat mengatakan bahwa Anda telah menciptakan sebuah alur cerita yang menarik. Anda telah menciptakan sebuah karakter dengan segala motivasi yang menarik, persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan, dan kesalahan yang perlu diperbaiki untuk masa mendatang. Kenyataannya, dapat dikatakan bahwa Anda sedang menulis naskah untuk kehidupan Anda yang akan datang. Atau mungkin Anda akan berpikir dua kali sebelum mengeluh tentang situasi Anda sekarang ini-karena siapakah yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua ini? Siapakah yang, menurut Anda, menentukan karakter apa yang akan muncul pada kehidupan tertentu? Siapa yang sebenarnya mengatur kisah-kisah tragis dalam kehidupan seseorang dengan segala tantangan dan situasi yang sulit? Karma menulis naskah, dan Anda sendirilah yang bertanggung jawab terhadap karma Anda.



Jika lebih banyak orang berpikir dengan cara seperti ini, dunia mungkin akan menjadi sangat berbeda. Keluhan akan berkurang. Orang-orang mungkin akan membuat perubahan yang besar dalam tingkah laku mereka. Mereka mungkin akan bersikap lebih baik kepada orang lain dan mulai bisa mengembangkan cinta kasih.



Ini hanyalah permukaannya saja. Saya masih sedang belajar hal-hal yang baru setiap hari.Tujuan utama saya dalam membuat film sekarang ini bukanlah hanya pada film itu sendiri. Melainkan, adalah harapan saya untuk menggunakan perantara dari film, TV, atau internet untuk memberikan pemahaman saya tentang ajaran Buddha bagi mereka yang mau mendengarkannya. Ke depan, jika saya memperoleh lebih banyak pengaruh atau uang, saya berencana untuk menggunakannya untuk membantu saya dalam mengemban tanggung jawab ini. Ada banyak guru-guru dan rinpoche-rinpoche Buddhis yang hebat, tapi karena mereka tidak terkenal, ajaran mereka yang berharga tidak terdengar. Saya akan membantu untuk menyebarkan kebijaksanaan mereka. Saya mempunyai kemampuan untuk menggunakan media ini untuk berkata sedikit tentang filosofi mereka, dan seberapa penting sebuah cinta memainkan peran dalam drama kehidupan manusia. Itu merupakan motivasi sayasekarang. Saya tidak lagi membuat film untuk diri saya sendiri. Saya merasa sekarang belum saatnya untuk pensiun-tidak sebelum saya membuat beberapa film yang dapat membantu menginspirasikan perbuatan dan kebijaksanaan yang lebih besar bagi dunia. Saya sedang mencari lebih lebih jauh dari sekedar keuntungan di box office.



Saya hanya ingin mengerjakan bagian saya untuk mempromosikan filosofi Buddhis tentang cinta kasih universal dan cinta yang tidak berkondisi, jadi beberapa orang bisa mengerti, bahkan walaupun hanya sedikit orang, bagaimana mempergunakan dengan sebaik-baiknya kesempatan ini sebagai manusia, dalam kehidupan ini. Saya tidak berusaha untuk mengubah pandangan penonton-penonton saya; saya hanya ingin menawarkan informasi-untuk membeberkan pandangan-pandangan yang mungkin belum pernah mereka dengar. Jika mereka tidak tertarik dengan informasi tersebut, mereka tidak akan memperhatikannya. Tetapi, jika mereka siap untuk mendengar, maka mereka akan memperhatikannya.


Jet Li mungkin merupakan aktor laga paling terkenal di Asia, dan namanya juga semakin dikenal di kalangan Hollywood. Dalam biografi singkat berikut ini, dia menceritakan ketertarikannya terhadap ajaran Buddha dan misinya untuk memperkenalkan ajaran Buddha kepada dunia.



Pada tahun 1997, saya memutuskan untuk pensiun dari dunia perfilman. Dikarenakan satu hal, yaitu saya sangat lelah. Coba Anda pikirkan: mulai dari umur 8 tahun, Anda latihan wushu 8 jam sehari selama 10 tahun. Kemudian Anda mulai bermain film, dan itu kurang lebih merupakan kegiatan yang sama. Dan kapan pun Anda berbicara kepada reporter, mereka selalu membujuk Anda untuk berpose di depan kamera. Tetapi Anda menjadi terkenal dan menghasilkan banyak uang. Anda juga mendapat beberapa luka yang serius.



Tahun-tahun pun berlalu. Saya dapat menyimpulkan bahwa setiap taraf kehidupan memiliki logika tersendiri. Dengan jujur saya katakan, saya tidak tertarik untuk mengumpulkan lebih banyak uang ataupun kekuasaan. Cukup dengan berbuat yang benar kepada ibu saya, keluarga saya dan anak-anak saya-untuk menyediakan nafkah bagi mereka. Jadi, saya memutuskan untuk pensiun.



Pada waktu yang sama, saya bertemu dengan Lho Kunsang Rinpoche, seorang guru spiritual dari Buddhisme Tibet. Dia bertanya kepada saya mengapa saya pensiun. Dan saya katakan kepadanya :"Untuk mempelajari Ajaran Buddha. Untuk hidup dalam kehidupan religius."



Rinpoche itu berkata kepada saya: "Anda belum boleh pensiun-belum saatnya."

Sekarang, dalam karir saya, saya telah bertemu dengan banyak guru, dan semuanya memberitahu saya bahwa nasib saya berhubungan dengan ajaran Buddha. Bahkan selama syuting film Shaolin Temple, ketika saya belajar bermacam- macam upacara keagamaan untuk karakter yang saya perankan, orang-orang di kuil berkata kepada saya: "Anda seharusnya menjadi seorang bhikkhu!" (Dan sutradara berkata, "Tidak, tunggu! Jangan melakukannya-kita masih ada film yang harus diselesaikan!!")



Tetapi saya juga telah lama merasakan bahwa karma saya telah membawa saya untuk menjelajahi jalan Buddhis dengan sungguh-sungguh. Saya berkata kepada Rinpoche, "Semua orang telah mendesak saya untuk menjadi seorang bhikkhu atau meninggalkan keduniawian dan belajar kitab suci. Sementara Anda malah menyuruh saya kembali bekerja."



Dia berkata, "Anda belum menyelesaikan misi Anda dalam kehidupan ini."



"Bagaimana mungkin?" saya bertanya kembali. "Saya puas dengan apa yang telah saya dapatkan, dan apa yang telah dapat saya berikan. Saya puas dengan karir saya, reputasi saya, keluarga saya. Saya telah menyelesaikan semua yang telah saya rencanakan. Apa lagi yang bisa diharapkan oleh setiap orang dari saya?"

"Itu bukanlah sesuatu yang kamu berikan kepada perorangan. Anda masih mempunyai sebuah tanggung jawab lebih besar."



"Baiklah, beritahukan kepada saya apa tanggung jawab tersebut," saya menjawab. Jika saya mengetahui apa tanggung jawab tersebut, mungkin saya dapat berubah pikiran dan menjalankan tanggung jawab tersebut.



"Saya tidak bisa memberitahukannya kepada Anda," dia menjawab. "Anda akan menyadarinya melalui pengalaman Anda sendiri."

"Baiklah," kata saya dengan sedikit keraguan. "Jika Anda berkata demikian, maka saya akan mencarinya." Saya tidak mengerti apa yang dikatakannya.



Dan kemudian saya pun meneruskan membuat film. Saya membintangi Lethal Weapon 4, dan untuk 1 atau 2 tahun mendatang, saya menyibukkan diri berusaha untuk mencari apa sebenarnya tanggungjawab tersebut.



Ketika Rinpoche mengunjung saya di Amerika, saya mulai mendapatkan gambaran tentang apa yang dia maksudkan tersebut. Saya telah menemukan petunjuk- petunjuk tentang apa yang seharusnya saya lakukan. Dan itu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan motivasi saya untuk membuat film.



Alasan apa lagi yang dapat memotivasi saya untuk mempertahankan karir ini, dengan kerja fisik yang sangat melelahkan dan risiko luka? Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya adalah tipe orang yang tidak mengagungkan uang ataupun popularitas. Saya telah memperoleh uang yang cukup untuk menghidupi keluarga saya untuk waktu yang sangat lama.



Dan popularitas, seperti yang kita semua ketahui, sangat cepat hilang. Berapa banyak orang-orang terkenal yang masih hidup dalam sejarah? Berapa banyak artis yang berada di Hollywood seorang diri? Dan berapa banyak dari mereka yang telah dilupakan?



Waktu memudarkan segalanya. Para remaja bahkan tidak mengetahui nama-nama bintang generasi sebelumnya. Jika Anda bisa melihat kenyataan dari sebuah popularitas, maka Anda tidak akan membiarkannya menguasai Anda. Tetapi tahun lalu, saya akhirnya menemukan tanggung jawab tersebut. Saya mempunyai tanggung jawab untuk membantu memperkenalkan ajaran Buddha ke dunia barat-dengan cara dan media modern.



Ada beberapa pemikiran mendasar dalam ajaran Buddha. Saya akan membicarakan dua di antaranya sekarang. Salah satu konsep tersebut adalah karma: bahwa perbuatan Anda menentukan nasib Anda. Konsep yang satu lagi adalah cinta kasih, atau belaskasih. Memperlakukan setiap orang dengan cinta kasih.



Saya mulai memperhatikan bahwa banyak sekali orang yang suka mengeluh-mengenai kesehatan, pekerjaan, atasan, hubungan, dan keluarga mereka. Orang-orang terus mengeluh mengenai apa yang salah dengan hidup mereka dan bagaimana setiap orang membuat hidup mereka menjadi susah. Tetapi segala sesuatu yang terjadi kepada Anda disebabkan oleh perbuatan Anda di masa lalu. Sama halnya dengan apa yang Anda lakukan dalam kehidupan sekarang- pikiran, ucapan, dan perbuatan-menentukan apa yang akan terjadi pada Anda di kehidupan mendatang. Sekarang, bayangkanlah jika Anda harus menulis sebuah "laporan" pada akhir hidup Anda. Anda memang dapat mengelabui orang lain tetapi Anda tidak bisa membohongi diri Anda sendiri; Anda mengetahui siapa yang telah Anda keluhkan, tugas apa yang belum diselesaikan, dan janji mana yang gagal Anda penuhi.



Jika Anda berpikir dengan cara seperti ini, Anda dapat mengatakan bahwa Anda telah menciptakan sebuah alur cerita yang menarik. Anda telah menciptakan sebuah karakter dengan segala motivasi yang menarik, persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan, dan kesalahan yang perlu diperbaiki untuk masa mendatang. Kenyataannya, dapat dikatakan bahwa Anda sedang menulis naskah untuk kehidupan Anda yang akan datang. Atau mungkin Anda akan berpikir dua kali sebelum mengeluh tentang situasi Anda sekarang ini-karena siapakah yang sebenarnya bertanggung jawab atas semua ini? Siapakah yang, menurut Anda, menentukan karakter apa yang akan muncul pada kehidupan tertentu? Siapa yang sebenarnya mengatur kisah-kisah tragis dalam kehidupan seseorang dengan segala tantangan dan situasi yang sulit? Karma menulis naskah, dan Anda sendirilah yang bertanggung jawab terhadap karma Anda.



Jika lebih banyak orang berpikir dengan cara seperti ini, dunia mungkin akan menjadi sangat berbeda. Keluhan akan berkurang. Orang-orang mungkin akan membuat perubahan yang besar dalam tingkah laku mereka. Mereka mungkin akan bersikap lebih baik kepada orang lain dan mulai bisa mengembangkan cinta kasih.



Ini hanyalah permukaannya saja. Saya masih sedang belajar hal-hal yang baru setiap hari.Tujuan utama saya dalam membuat film sekarang ini bukanlah hanya pada film itu sendiri. Melainkan, adalah harapan saya untuk menggunakan perantara dari film, TV, atau internet untuk memberikan pemahaman saya tentang ajaran Buddha bagi mereka yang mau mendengarkannya. Ke depan, jika saya memperoleh lebih banyak pengaruh atau uang, saya berencana untuk menggunakannya untuk membantu saya dalam mengemban tanggung jawab ini. Ada banyak guru-guru dan rinpoche-rinpoche Buddhis yang hebat, tapi karena mereka tidak terkenal, ajaran mereka yang berharga tidak terdengar. Saya akan membantu untuk menyebarkan kebijaksanaan mereka. Saya mempunyai kemampuan untuk menggunakan media ini untuk berkata sedikit tentang filosofi mereka, dan seberapa penting sebuah cinta memainkan peran dalam drama kehidupan manusia. Itu merupakan motivasi sayasekarang. Saya tidak lagi membuat film untuk diri saya sendiri. Saya merasa sekarang belum saatnya untuk pensiun-tidak sebelum saya membuat beberapa film yang dapat membantu menginspirasikan perbuatan dan kebijaksanaan yang lebih besar bagi dunia. Saya sedang mencari lebih lebih jauh dari sekedar keuntungan di box office.



Saya hanya ingin mengerjakan bagian saya untuk mempromosikan filosofi Buddhis tentang cinta kasih universal dan cinta yang tidak berkondisi, jadi beberapa orang bisa mengerti, bahkan walaupun hanya sedikit orang, bagaimana mempergunakan dengan sebaik-baiknya kesempatan ini sebagai manusia, dalam kehidupan ini. Saya tidak berusaha untuk mengubah pandangan penonton-penonton saya; saya hanya ingin menawarkan informasi-untuk membeberkan pandangan-pandangan yang mungkin belum pernah mereka dengar. Jika mereka tidak tertarik dengan informasi tersebut, mereka tidak akan memperhatikannya. Tetapi, jika mereka siap untuk mendengar, maka mereka akan memperhatikannya.

7 Keunggulan Ajaran Buddha

Buddha diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahanNya. Inilah alasan mengapa kita, seorang Buddhis, menganggap ajaran Buddha sebagai jalan hidup tertinggi.

Apa sajakah keunggulan-keunggulan yang menumbuhkan kekaguman kita terhadap ajaran Buddha?

1. Ajaran Buddha tidak membedakan kelas / kasta

Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu kepercayaan. Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya. Dengan berbuat jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan berbuat baik, seseorang menjadi baik. Setiap orang, apakah ia raja, orang miskin atau pun orang kaya, bisa masuk surga atau neraka, atau mencapai Nibbana, dan hal itu bukan karena kelas atau pun kepercayaannya.

2. Ajaran Buddha mengajarkan belas kasih yang universal

Buddha mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan bangsa. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya. Metta harus dipancarkan kepada semua hewan termasuk yang terkecil seperti serangga.

3. Dalam ajaran Buddha, tidak seorang pun diperintahkan untuk percaya

Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaranNya. Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada hasil kajian masing-masing individu. Buddha bahkan menyarankan, “Jangan percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan.” Ajaran Buddha tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dan kritik-kritik terhadap ajaranNya. Jelaslah bagi kita bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.

4. Agama Buddha mengajarkan diri sendiri sebagai pelindung

Buddha bersabda, “Jadikanlah dirimu pelindung bagi dirimu sendiri. Siapa lagi yang menjadi pelindungmu? Bagi orang yang telah berlatih dengan sempurna, maka dia telah mencapai perlindungan terbaik.”

Ini bisa dibandingkan dengan pepatah bahasa Inggris, “God helps those who help themselves” –Tuhan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Inilah ajaran Buddha yang menyebabkan umat Buddha mencintai kebebasan dan kemerdekaan, dan menentang segala bentuk perbudakan dan penjajahan.

Buddha tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan seseorang ke surga, atau Nibbana; karena semua itu tergantung akibat dari perbuatan tiap-tiap orang, sementara Buddha hanyalah guru atau pemimpin. Seperti tertulis dalam Dhammapada, “Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan.” Pilihan untuk mengikuti jalanNya atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan.

5. Ajaran Buddha adalah ajaran yang suci

Yang dimaksudkan di sini adalah ajaran tanpa pertumpahan darah.

Dari awal perkembangannya sampai sekarang, lebih dari 2500 tahun –ajaran Buddha tidak pernah menyebabkan peperangan. Bahkan, Buddha sendiri melarang penyebaran ajaranNya melalui senjata dan kekerasan.

6. Ajaran Buddha adalah ajaran yang damai dan tanpa monopoli kedudukan

Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, “Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian.” Pada saat yang sama, Beliau memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Beliau berkata, “Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi.”

Di sini, menaklukkan diri sendiri terletak pada bagaimana mengatasi kilesa (kekotoran batin). Andaikan semua orang menjadi umat Buddha, maka diharapkan manusia akan beroleh perdamaian dan kebahagiaan. Buddha mengatakan bahwa semua makhluk harus dianggap sebagai sahabat atau saudara dalam kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Beliau juga mengajarkan semua umat Buddha untuk tidak menjadi musuh orang-orang tidak satu keyakinan atau pun menganggap mereka sebagai orang yang berdosa. Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli kepercayaan apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama untuk memperoleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Sebaliknya, siapapun yang menganut ajaran Buddha tetapi tidak mempraktikkannya, hanya akan memperoleh sedikit harapan akan pembebasan dan kebahagiaan.

Dalam ajaran Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan.

7. Ajaran Buddha mengajarkan hukum sebab dan akibat

Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu muncul dari suatu sebab. Tiada suatu apapun yang muncul tanpa alasan.

Kebodohan, ketamakan, keuntungan, kedudukan, pujian, kegembiraan, kerugian, penghinaan, celaan, penderitaan –semua adalah akibat dari keadaan-keadaan yang memiliki sebab.

Akibat-akibat baik muncul dari keadaan-keadaan yang baik, dan akibat buruk muncul dari penyebab-penyebab buruk pula. Kita sendiri yang menyebabkan keberuntungan dan ketidakberuntungan kita sendiri. Tidak ada Tuhan atau siapapun yang dapat melakukannya untuk kita. Oleh karena itu, kita harus mencari keberuntungan kita sendiri, bukan membuang-buang waktu menunggu orang lain melakukannya untuk kita. Jika seseorang mengharapkan kebaikan, maka dia hanya akan berbuat kebaikan dan berusaha menghindari pikiran dan perbuatan jahat.

Prinsip-prinsip sebab dan akibat; suatu kondisi yang pada mulanya sebagai akibat akan menjadi sebab dari kondisi yang lain, dan seterusnya seperti mata rantai. Prinsip ini sejalan dengan pengetahuan modern yang membuat ajaran Buddha tidak ketinggalan zaman daripada kepercayaan-kepercayaan lain di dunia.

Recent Posts

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More