Tuesday, May 31, 2011

Jangan Tutup Kebenaran dengan Debu yang Membutakan

Kebenaran….. kata ini selalu diucapkan oleh sebagian para intelektual dari berbagai bidang studi.
apakah humaniora, sosial, budaya, agama, hukum, politik sampai ke bidang perdukunan.
tidak dapat dihindarkan lagi kita sebagai manusia harus berpikir dan senantiasa menggunakan etika yang baik untuk menemukan suatu kebenaran.
kebenaran bagi saya berada didalam ranah nisbi namun bukan tanah yang terlarang untuk dipikirkan bahkan digugat.
apakah kebenaran ada atau tidak??
saya rasa bukan pada eksistensi dari kebenaran tersebut tetapi bagaimana kita mencari kebenaran tersebut hingga kita menemukan identitas diri yang dikatakan sejati menurut filsuf, dan abadi menurut agama.
kenisbian dari makna kebenaran tersebut membuat banyak korban dari kalangan bawah hingga kalangan profesor atau intelektual.
kebenaran bisa memicu konflik baik intternal dan eksternal.
seperti yang terjadi pada saat ini dinegeri kita tercinta, banyak kasus yang dipolitisr dan disembunyikan seperti upil dibalik hidung bahkan yang paling parah lagi didalam agama baik secara inter maupun antar agama.
apa yang membuat konflik terjadi?
“entahlah..
emang gue pikirin!!”
itulah jawaban bahi orang awam yang tidak mengetahui masalah yang ada.

semua yang terjadi adalah kehendak dari manusia sendiri bagaimana melihat kebenaran tersebut.
ada beberapa pakar sosial yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran juga pakar agama menyatakan bahwa kebenaran tidak dapat dibuktikan secara empiris namun harus diyakini, begitu juga dengan para ilmuwan dan juga pakar hukum mungkin teori dan bukti-bukti faktual adalah kebenaran.
eksistensi kebenaran semakin diperparah dengan adanya klaim di masing-masing agama, kelompok bahkan kepemilikan atas sesuatu.
didunia ini yang dikatakan fana menurut teori agama dan nyata menurut para empirisme senantiasa berubah.
mengapa??
karena semuanya dipengaruhi oleh hukum alam yang absolut yaitu perubahan.
seseorang tidak bisa mengklim kebenaran milik sendiri yang akan menimbulkan dikotomi dan peperangan.
banyak orang bijak dan orang yang tercerahkan sudah puas dengan makna dibalik kebenaran, yang terpenting adalah bagaimana kita sadar akan apa yang terjadi dan tercerahkan.
kebenaran ada pada setiap insan yang telah tercerahkan dan insaf akan segala yang Nyata.
seorang penganut agama tidak bisa memaksakan kehendak kepada seorang atheis atau agnotist untuk percaya pada  keberadaan Tuhan yang dipujanya, karena kebenaran pada dasarnya ada dan tersembunyi disetiap insan mulia yang abadi yang menghidupi segalanya, yang memberikan pengetahuan abadi.
apapun latar belakang manusia bertahap akan menginsafi dan menyibak kebenaran jika pemikiran, karakter dan sifatnya sama dengan kebenaran tersebut secara kualitas.
kebenaran ketika diiterpretasi oleh insan-insan yang belum mengerti dan tercerahkan tidak dapat memahami sebenarnya apa itu kebenaran.

penganut agama dunia mengiterpretasi bahwa kebenaran didunia ini sifatnya relatif dan kebenaran mutlak hanya  Tuhan .
kerelatifan inilah yang membuat yang mutlak itu diiterpretasi sebgai yang terbatas dan berubah namun sesungguhnya Yang Mutlak kita tidak pernah tahu.
maka itu temukan kebenaran pada apa yang disebut sebgai kitab suci, sabda Tuhan, eksistensi, perubahan, pengetahuan dan sebagainya.
kita tidak bisa menilai kebenaran seperti apa, bagaimana dan dimana….
yang ada kita terperangkap dalam jumlah waktu yang terbuang.
kewajiban kita hanyalah bekerja dan bekerja tanpa mengharapkan hasil tetapi kita berharap belum puas untuk memuaskan kebenaran-kebenaran yang ada dan yang tiada….

 biarlah ku simpan…. dalam dalam

jangan sampai ia terungkap oleh pikiran, kata maupun keyakinan yang membutakan…
hanya aku yang bisa mengerti apa dan siapa aku…..
temukan kebenaran disetiap sudut tiang….  

0 comments:

Post a Comment

Recent Posts

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More