Tuesday, May 31, 2011

HADIAH CINTA SEORANG IBU

“ Bisa saya melihat bayi saya?”, pinta seorang ibu yang baru melahirkan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu bayi itu menahan napasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga !

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang Ibu yang menangis. ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata :” Seorang anak laki-laki besar mengejekku, katanya aku ini makhluk aneh”.

Anak lelaki itu tumbuh dewasa, ia cukup tampan dengan cacatnya, iapun disukai teman-teman sekolahnya, ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan ,” Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” namun dalam hati Ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan dokter yang bisa mengcangkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya, tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan  telinganya,” kata Dokter. kemudian , orang tua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu, dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya,” Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu, kami harus segera mengirimmu ke Rumah sakit untuk dilakukan operasi, namun semua ini sangatlah rahasia,” kata sang Ayah.

Operasi berjalan dengan sukses, seorang lelaki barupun lahirlah. bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan, iapun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “ Ayah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku samasekali belum membalas kebaikannya.”
Ayahnya menjawab, “ Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.”. Setelah terdiam sesaat, ayahnya melanjutkan, “ Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun, Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari saat yang menyedihkan bagi keluarga itu.Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah Ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang Ayah membelai rambut jenasah Ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah....bahwa sang Ibu tidak memiliki telinga. Ibumu pernah berkata bahwa Ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,” bisik sang Ayah. “ dan tak seorangpun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit
kecantikannya bukan?”

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh, namun di dalam hati.
Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat.
Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui
.


Namo Buddhaya, itulah dharma yang terjadi disaat banyaknya penderitaan didalam rumah tangga, seorg ibu dapat mengerti arti metta yg sesungguhnya, seorang anak dapat mengerti dharma yang sesungguhnya dan seorang ayah juga mendapatkan dharma yang sesungguhnya, sungguh suatu suka cita, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

0 comments:

Post a Comment

Recent Posts

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More