CARA YANG TERBAIK BAGI ORANG MISKIN DALAM “BERAMALMENANAM BENIH KEBAIKKAN”
Kuperkenalkan beberapa amal besar yang tidak mengeluarkan uang atau hanya dengan mengeluarkan
sedikit uang. “Beramal, menanam benih kebajikkan” sangatlah banyak cara
nya, tetapi banyak perbuatan amal yang harus ada kesempatan barulah
dapat dilakukan. Misalkan menolong orang sakit, membantu mewujudkan
cita-cita orang, menyeberangkan sibuta dijalan, dll. Kesempatan seperti
ini belum tentu setiap saat (hari) ada, jika anda bertekad memperbaiki
nasib, janganlah “Menanti” datangnya kesempatan ini, haruslah kita mengambil inisiatif, berusaha dengan tak henti-henti nya “Menanam benih baik”, barulah secepatnya bisa memperbaiki nasib.
Lalu bagaimana kita memilih cara “Beramal” yang sering dapat dilakukan, tanpa membuang uang atau hanya dengan mengeluarkan sedikit uang dan mendapatkan hasil yang baik? Beberapa cara di bawah ini dapat menghemat dan sangat mudah dilakukan.
1. MEMBACA KENG
Inilah
cara terbaik tanpa biaya satu sen pun, baik si kaya maupun si miskin
dapat melakukan nya. Tetapi harus “KEPERCAYAAN DAN TEKAD”. Membaca Keng
harus dengan penuh kepercayaan dan kejujuran, terutama harus berlangsung
lama, tak kenal lelah dan putus ditengah jalan, barulah bisa berhasil,
makin lama membaca Keng makin besar hasilnya. Keng adalah perahu Buddha
untuk menyeberangkan umatnya, membaca Keng berarti naik perahu, jadi
dapat menyeberangkan ke tepi yang lain.
Kekuatan Keng tidak tampak, jika lama membacanya, dapat menghapuskan dosa diri sendiri, jika membacakan untuk orang lain dalam jangka lama, dapat menghapus dosanya, agar ia mendapat bahagia. Kekuatan Keng dapat menghindarkan
berbagai bencana dan malapetaka, juga penyakit dan derita, dapat pula
merubah nasib yang buruk menjadi jalan yang lapang.
Dengan berbagai macam keng, yang kebanyakkan mengandung
janji dan sumpah Buddha dan Dewata, asalkan si pembaca mau
bersungguh-sungguh dan jujur, lambat laun akan terjadi kontak, Buddha
serta Dewata sesuai dengan janji dan sumpahnya akan memenuhi permohonan
si pembaca.
Misalnya dalam Keng Kwan Se Im Po Sat TA PEI CHOU (MAHA KARUNIA DHARANI) pernah bersumpah dihadapan Hut Co Buddha Gautama:
“Bila umat membaca Keng ini tetap jatuh berdosa ke tingkat tiga, aku
bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL. Bila membaca Keng ini tidak
melahirkan umat yang yakin akan Buddha, aku bersumpah tidak akan menjadi
SADAR BETUL. Bila membaca Keng ini tidak mendapatkan Panna, aku
bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL. Bila membaca Keng ini, semua
permohonan dalam hidup ini tidak mendapatkan hasilnya, aku bersumpah
tidak akan menjadi SADAR BETUL”. Jelas lah bahwa sumpah dan janji Kwan Se Im Po Sat atas Keng ini tidak ringan.
Sebuah contoh lagi ialah Keng, dalam sebuah pertemuan di kebun, Hut Co Sidarta merasa iba atas umatnya
yang banyak berdosa dan akhlak yang rendah, mudah terjerumus dalam
kenistaan dan dosa pada kehidupan yang akan datang, maka diucapkan lah Keng Fo Mu Cu Thi Seng Chou.
Bagi umat yang setiap hari membacanya dengan kesungguhan hati 100 kali
lebih lambat laun pasti akan terhindar dari malapetaka, akan bertambah
rejeki dan panjang usia. Bagi yang setiap hari membaca lebih dari 100 X,
setiap genbap 49 hari, Po Sat akan mengutus
dua orang malaikat untuk melindunginya ke mana pun ia pergi, sehingga
terhindar dari segala bencana dan malapetaka. Bila membaca genap 900
ribu kali, dapat menghapuskan semua kelima maksiat dan 10 kejahatan.
Lalu dalam Keng Mantra Tujuh Buddha menghapus kan dosa yang diciptakan oleh Hut Co
untuk melenyapkan dosa berat umat nya baik yang dilakukan pada masa
yang lalu ataupun masa kini, agar yang membaca terhapus dosanya,
terhindar dari segala “Sebab Jahat berakibat buruk”.
Kekuatan
Keng itu tak terduga, berbagai hambatan perjalanan nasib manusia, pada
dasarnya bersumber pada keadaan telah menanam “Benih Kejahatan” dan
menerima karmanya. Sedangkan kekuatan Keng (Parita) dapat menghapuskan
segala siklus “Benih Jahat”, hingga dengan sendirinya dapat merubah
nasib buruk menjadi agak baik. Ini salah satu di antara jalan
penyelesaian yang tuntas.
Cara
membaca Keng yang terbaik ialah pada pagi hari setelah membersihkan
tubuh, memasang dupa dan mulai membaca (Sebelum kita makan tak ada hawa
kotor yang melekat, agar bersih). Bagi yang memuja Dewata dan Buddha
dalam rumahnya, boleh membakar dupa dan berlutu serta membaca nya. Bila
tidak ada yang dipuja, dapat memilih sebuah tempat yang bersih, dimana
kita berlutut dan membacanya, namun sebaiknya pergi ke Cetya atau Vihara
yang terdekat.
Bagi
umat yang membaca Keng sebaiknya tidak makan daging sapi atau anjing
(bagi yang makan daging lembu dan anjing, dengan mulut yang kotor lalu
membaca Keng maka lebih berat dosanya). Sebaiknya setiap bulan tionghua
tanggal 1 dan 15 tidak makan barang berjiwa atau sepuluh dari bulan
vegetarian (setiap tanggal 1, 8, 14, 15, 18, 23, 24, 28, 29, 30 bulan
tionghua) jika bulan kecil dapat diganti tanggal 27 atau enam hari pada
setiap bulan ( setiap tanggal 8, 14, 15, 23, 29, 30 bulan kecil diganti
tanggal 28).
Bagi
orang yang membaca Keng dapat memilih sendiri 1 atau 2 macam Keng
sebagai pegangan yang lama, janganlah tamak banyak ragam, para pembaca
harus dengan hati tenang dan sabar, kedua tangan bersembah, mata di
pejam dan konsentraasi, jangan ingin cepat, membaca dengan suara
perlahan, boleh pula membaca dalam hati, sambil membaca sambil mendengar
dan mengendapkan
setiap kata itu dalam hati, mencapai keadaan “Keluar dari mulut, masuk
ketelinga, terpahat dalam hati”. Lambat laun kekuatan Keng terukur dalam
hati, dengan cepat akan bereaksi. Selesai Keng, terasa semangat kita
bertambah, dalam hati penuh dengan kasih dan welas asih, sanubari kita
terasa lebih cerah.
Harus
diperhatikan bahwa dalam membaca Keng harus membuang segala pikiran
yang bukan-bukan. Memang pada permulaan nya kurang bisa berkonsentrasi,
banyak pikiran yang menggangu, harus setapak demi setapak melatih diri, lambat laun akan mencapai kata dan hati terpadu. Jika “Ada
mulut tidak ada hati” atau “Mulut dan hati tidak bersatu”, cara membaca
Keng semacam ini biarpun sampai tenggorokan kita serakpun tidak akan
berguna.
2. MELEPASKAN MAKHLUK HIDUP
Selain
membaca Keng, melepaskan makhluk hidup merupakan cara yang baik pula
untuk memupuk kebajikkan dan amal kebaikkan. Manusia dalam dunia tidak
untuk menikmati hidangan yang lezat, berusaha memotong makhluk hidup
sebanyak mungkin. Untuk kota Hong Kong saja setiap hari berbagai macam
hewan yang dibantai dalam dapur dan penjagalan tidak kurang dari 2juta,
baik terdiri dari lembu, babi, kambing, ayam, bebek, burung, udang,
kepiting, ikan laut, kerang, ular, kura-kura, dll. Hingga seluruh Hong Kong
penuh dengan hawa pembunuhan dan dendam, roh dan rasa dendam dari
makhluk berjiwa ini, lambat laun bertambah dan bertumpuk, tanpa sengaja
akan mendatangkan mara bahaya bagi manusia. Maha Guru Yuen Yin Tan She dalam sebuah sajak larangan membunuh berkata: “Bila ingin mengetahui
pertarungan senjata dalam dunia, dengarkan suara pada tengah malam di
pintu penjagalan”. Jelas disini bahwa manusia setiap hari membuat dosa. Para
dokter kini telah membuktikan bahwa banyak makan daging akan
mendatangkan berbagai macam penyakit, terutama banyak makan hasil laut
akan menderita berbagai macam penyakit aneh yang sulit disembuhkan.
Keseumua dari kenyataan ini adalah hasil penyelidikan konkrit selama
bertahun-tahun, yang terdapat dalam unsur berbagai macam karma yang
tidak Nampak, yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah masih banyak
sekali. Dalam masyarakat yang menitik beratkan pada kenikmatan materi,
umumnya orang telah kehilangan kesadaran. Hal ini merupakan bagian
kehidupan manusia yang menyedihkan dan mengibakan.
Namun
bila ada orang yang dapat memperhatikan manusia dalam hal ini, anda
sedikit demi sedikit mulai sadar dan ingat bahwa makhluk hidup/hewan pun
mempunyai jiwa dan roh, mengapa
manusia harus makan daging silemah secara paksa? Benarkah bahwa mereka
dilahirkan untuk dibantai manusia? Tidak adakah hukum kehidupan alam
bagi mereka? Tanpa memakan darah dagingnya, manusia tidak dapatkah
hidup? Jadi, apakah manusia yang merupakan “Pimpinan semua makhluk”
dibentuk atas dasar kelakuan yang sangat kejam ini ?
Dari
keadaan sengsara pada saat para hewan dibantai, telah cukup membuktikan
dendam kesumat mereka pada manusia, pun telah membuktikan kelaliman
manusia. Sebaliknya, bila ada orang yang dapat membuat mereka lolos dari
kematian, memberikannya sebuah jalan kehidupan, pastilah hati
sanubarinya akan sangat berterima kasih, inipun dapat menunjukkan
kewelas asihan.
Oleh
karena itu, orang yang memperhatikan beramal telah melakukan sesuatu
dalam hal ini: MELEPASKAN MAKHLUK HIDUP. Melepaskan makhluk hidup bukan
saja telah memberikan kesempatan bagi makhluk hidup lolos dari kematian,
ini pun telah memberikan jalan untuk dirinya “Menghadapi maut bertemu kehidupan” ditinjau dari sudut menghapus
dosa dan menanam benih kebajikkan. Hal yang tak terwujud ini tidak
ternilai, terutama bagi orang yang sedang menderita penyakit berat yang
sering berdoa untuk kesembuhannya sangatlah penting.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melepaskan makhluk hidup, misalkan
makhluk dalam air asin haruslah di lepaskan ke lautan, bagi yang hidup
di dalam air tawar haruslah dilepaskan dalam air yang tawar(sungai),
burung harus dilepaskan ke hutan, agar mereka kembali kea lam kehidupan
dan penghidupan yang sesuai.
Untuk
melepaskan makhluk hidup sebaiknya memilih sebangsa ikan, hasil laut/
sungai, burung, dll. Harus sering melakukan sebaiknya berjangka
terus-terusan atau berjanji setiap bulan melepaskan berapa ekor untuk
satu janji, tidak terbatas waktu, kian cepat kian baik, usai satu janji di teruskan janji lain, seperti yang dilakukan tuan Yuen Liauw Fan.
Melepaskan
makhluk hidup tidak perlu banyak keluar banyak uang. Jika memang
keuangannya tidak mampu, dapat dilakukan secara bertahap, tiap hari
menabung 3 yen atau 4 yen, maka setiap bulan dapat menabung antara 90
sampai 150 yen, tetapi haruslah uang itu untuk dipergunakan sesuai
dengan keinginan semula, harus ada tekad kepercayaan hati.
3. BERJANJI TIDAK AKAN MAKAN MAKHLUK BERJIWA ATAU VEGETARIAN
Inipun satu cara beramal tanpa mengeluarkan uang, tetapi di Hong Kong
belum tentu setiap orang dapat melakukan. Ini haruslah dilihat dari
perbedaan pekerjaan dan situasi setiap orang, seharusnya pula dilihat
kekuatan janji dan tujuan jaji kita sendiri.
Berjanji tidak makan barang berjiwa tidak harus dilakukan selamanya, dapat ditentukan jangka waktunya atas dasar
situasi dan kondisi kita sendiri. Ada yang 100hari, ada yang setengah
tahun, ada yang setahun, 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dsb, pula harus
dilihat kekuatan dari janji dan tujuan kita sendiri. Misalkan bagi orang
yang banyak rintangan dalam perjodohan, dapat ber janji atas dasar keadaan diri sendiri, antara 2 dan 3 tahun, dengan membuat pahala ini akan mendapatkan jodoh yang baik.
Bagi
orang yang selalu dadal dalam usaha, dengan melakukan ini selama 2 atau
5 tahun, akan mendapatkan usaha yang langgeng dan mantap. Bagi orang
yang berjanji tidak makan barang berjiwa, sebaiknya dating sendiri ke
kuil atau wihara yang terdekat. Sebelumnya harus membersihkan diri,
dengan sungguh-sungguh dan hikmat, berlutut dihadapan Sang Buddha, lalu
berjanji dengan permohonan tertentu. Tidak perlu dengan janji tertulis,
tetapi kesungguhan hati akan mengetarkan hati Buddha.
Bagi
yang berjanji harus manunggal kata dan perbuatan, apa yang diucapkan
harus dapat dilaksanakan, bila melanggar maka akan lebih berat dosanya.
Bagi yang berjanji, dilarang membunuh, dilarang pula berjanji dengan
memohon hal-hal yang sesat. Misalkan bagi yang memohon jodoh dilarang
minta istri muda, bagi yang mohon soal usaha dilarang mohon agar jadi
kaya besar, dilarang lagi minta mendapatkan keuntungan dari judi, saham
dan sebagainya.
4. SECARA LANGSUNG MENOLONG YATIM PIATU
Walaupun hal ini harus mengeluarkan
harta atau materi, namun tidak mesti dalam jumlah yang banyak, sesuai
dengan kemampuan kita. Kita sering melihat berita dalam surat
kabar yang menyerukan agar pembaca memberikan sumbangan bagi penderita
bencana alam dsb. Atau menolong seseorang yang cacat dan sebatang kara,
hingga mengemis dijalan. Atau seseorang yang sakit parah tanpa sanak saudara, sakit dan sengsara, harus di tolong.
Hal-hal yang menyedihkan semacam di atas dapat
ditemui dimana saja. Bagi orang yang agak mempunyai hati simpatik,
pasti akan merasa iba dan kasihan, oleh karena nya tidak sedikit orang
yang tergerak hatinya lalu mengumpulkan sumbangan lewat surat
kabar untuk diteruskan ke tangan si penderita. Orang-orang ini sedang
melakukan sawah kebajikkan, menanam benih kebajikkan bagi masa depan nya
sendiri.
Seperti
yang telah di uraikan bahwa memberikan amal bukanlah di ukur banyak
sedikitnya “UANG” yang dikeluarkan, tetapi dari kesungguhan dan tidaknya
hati kita. Jadi di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing, asalkan
sipengamal setiap ada kesempatan melakukan nya, besarlah pahalanya.
Bila mungkin langsung diterimakan pada sipenderita, dengan menyaksikan penderitaannya akan lebih mengetuk
hati nurani kita, memupuk hati welas asih, inilah hati Buddha.
Menyumbangkan sebaiknya tidak mencantumkan nama kita, kita melepaskan
budi tanpa ada pamrih minta balasan, agar yang menerima tidak mengingat-ingat dihatinya, pahalanya lebih besar, inilah yang disebut: “Kebajikkan Tanpa Wujud”.
5. MENGUNJUNGI DAN MENINJAU PANTI JOMPO
Cara ini sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang, masing-masing mengeluarkan
uang sesuai dengan kemampuan nya lalu bersama-sama membeli barang
makanan, misalnya buah-buahan, kue, susu bubuk, barang keperluan
sehari-hari, dll, kemudian membawa ke panti jompo dan dibagikan kepada
orang-orang lanjut usia.
Umumnya
penghuni panti ini adalah orang sebatang kara, ada pula yang
berpenyakit, dapatlah kita bayangkan kesunyian hati dan kesedihannya.
Mereka membantu kehangatan, kemesraan dan perhatian. Dikarenakan
kemunduran fisiknya, mereka tidak lagi trampil, baik berjalan,
berpakaian, makan dan minumpun sering mengalami
kesulitan. Adapula yang memakai pakaianpun juga terbalik dan tidak
rapi, perlu bantuan orang lain, minumpun ada yang menetes dari tepi
mulut nya dan membasahi pakaiannya. Terutama kesunyian dalam hatinya
yang disertai kesedihan, lebih membutuhkan perhatian dan hiburan. Jadi mengunjungi dan meninjau panti asuhan orang tua meerupakan pahala yang amat besar, dapat menanam benih baik yang tak terhingga.
Jika anda pernah mengunjungi
panti asuhan jompo, anda melihat bagaimana mereka dengan langkah gontai
dan tangan gemetar serta derail air mata, mereka menerima pemberian itu
dengan kedua tangannya yang keriput namun wajahnya menyungging senyum
kepasrhan. Adapula yang dengan segera mempergunakan tangannya yang
gemetaran mengupas kulit buah-buahan dan memasukkan buah yang telah dikupas ke dalam mulutnya yang telah ompong. Menyaksikan adegan yang menggembirakan dan mengharukan
ini, disamping ikut menikmati kegembiraan orang-orang ini, anda dapat
menyelami betapa besarnya benih kebaikkan yang telah anda lakukan.
6. MENGUNJUNGI PANTI ASUHAN ANAK YATIM PIATU
Ini
dapat dilakukan sendiri atau dngan beberapa orang. Barang yang dibawa
boleh beraneka ragam, makanan, mainan, pakaian, bacaan, dll, lalu
membagikan pada para yatim piatu.
Para yatim piatu telah kehilangan kasih saying dan perawatan orang tua, tidak mendapatkan kasih sayang ibu dan kehangatan rumah tangga sebagai anak-anak yang biasa. Mereka sudah cukup mengalami
penderitaan sebagai anak yang kehilangan kasih sayang, dalam hati kecil
mereka telah tergores luka kepedihan yang tak terhapuskan selama
hidupnya. Apa yang mereka alami adalah musibah besar dalam penghidupan
manusia, mereka membutuhkan kehangatan keibuan dan hatinya membutuhkan
hiburan serta membutuhkan pendidikan.
Dengan
demikian barang dan “Kasih Sayang” kita menyebabkan mereka mendapatkan
kehangatan yang dibutuhkan hatinya, tanpa sengaja kita telah menanamkan
benih kebaikkan. Bukankah menerima tawa dan kegembiraan hati mereka
merupakan bukti beramal ?
7. MENYUMBANGKAN DENGAN MENCETAK BUKU KEBAKTIAN (KENG) ATAU BUKU-BUKU YANG BAIK.
Buku Keng dan buku baik merupakan perahu kasih yang menyberangkan umat dari arungan kesengsaraan yang disediakan oleh para Po
Sat (Bodhisatva): mendorong penyebaran buku Keng dan buku-buku baik,
berarti menyebar luaskan hati welas Buddha, pahalanya tidak terukur.
Jadi dengan mencetak buku Keng dan buku-buku baik merupakan satu
diantara cara terbaik meluku sawah kebajikkan.
Karma dari menyebarkan secara luas buku Keng dan buku-buku baik, dapat mengendalikan perbuatan jahat orang-orang, merubah sijahat kembali kejalan yang benar, mengurangi kejahatan dalam masyarakat, pula dapat mendorong orang menambah persahabatan, saling mengalah dan bersabar, menambah iklim kebajikkan dalam masyarakat.
0 comments:
Post a Comment