Tuesday, November 8, 2011

CARA YANG TERBAIK BAGI ORANG MISKIN DALAM “BERAMALMENANAM BENIH KEBAIKKAN”

CARA YANG TERBAIK BAGI ORANG MISKIN DALAM “BERAMALMENANAM BENIH KEBAIKKAN
Kuperkenalkan beberapa amal besar yang tidak mengeluarkan uang atau hanya dengan mengeluarkan sedikit uang. “Beramal, menanam benih kebajikkan” sangatlah banyak cara nya, tetapi banyak perbuatan amal yang harus ada kesempatan barulah dapat dilakukan. Misalkan menolong orang sakit, membantu mewujudkan cita-cita orang, menyeberangkan sibuta dijalan, dll. Kesempatan seperti ini belum tentu setiap saat (hari) ada, jika anda bertekad memperbaiki nasib, janganlah “Menanti” datangnya kesempatan ini, haruslah kita mengambil inisiatif, berusaha dengan tak henti-henti nya “Menanam benih baik”, barulah secepatnya bisa memperbaiki nasib.
Lalu bagaimana kita memilih cara “Beramal” yang sering dapat dilakukan, tanpa membuang uang atau hanya dengan mengeluarkan sedikit uang dan mendapatkan hasil yang baik? Beberapa cara di bawah ini dapat menghemat dan sangat mudah dilakukan.

1. MEMBACA KENG
Inilah cara terbaik tanpa biaya satu sen pun, baik si kaya maupun si miskin dapat melakukan nya. Tetapi harus “KEPERCAYAAN DAN TEKAD”. Membaca Keng harus dengan penuh kepercayaan dan kejujuran, terutama harus berlangsung lama, tak kenal lelah dan putus ditengah jalan, barulah bisa berhasil, makin lama membaca Keng makin besar hasilnya. Keng adalah perahu Buddha untuk menyeberangkan umatnya, membaca Keng berarti naik perahu, jadi dapat menyeberangkan ke tepi yang lain.
Kekuatan Keng tidak tampak, jika lama membacanya, dapat menghapuskan dosa diri sendiri, jika membacakan untuk orang lain dalam jangka lama, dapat menghapus dosanya, agar ia mendapat bahagia. Kekuatan Keng dapat menghindarkan berbagai bencana dan malapetaka, juga penyakit dan derita, dapat pula merubah nasib yang buruk menjadi jalan yang lapang.
Dengan berbagai macam keng, yang kebanyakkan mengandung janji dan sumpah Buddha dan Dewata, asalkan si pembaca mau bersungguh-sungguh dan jujur, lambat laun akan terjadi kontak, Buddha serta Dewata sesuai dengan janji dan sumpahnya akan memenuhi permohonan si pembaca.
Misalnya dalam Keng Kwan Se Im Po Sat TA PEI CHOU (MAHA KARUNIA DHARANI) pernah bersumpah dihadapan Hut Co Buddha Gautama: “Bila umat membaca Keng ini tetap jatuh berdosa ke tingkat tiga, aku bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL. Bila membaca Keng ini tidak melahirkan umat yang yakin akan Buddha, aku bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL. Bila membaca Keng ini tidak mendapatkan Panna, aku bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL. Bila membaca Keng ini, semua permohonan dalam hidup ini tidak mendapatkan hasilnya, aku bersumpah tidak akan menjadi SADAR BETUL”. Jelas lah bahwa sumpah dan janji Kwan Se Im Po Sat atas Keng ini tidak ringan.
Sebuah contoh lagi ialah Keng, dalam sebuah pertemuan di kebun, Hut Co Sidarta merasa iba atas umatnya yang banyak berdosa dan akhlak yang rendah, mudah terjerumus dalam kenistaan dan dosa pada kehidupan yang akan datang, maka diucapkan lah Keng Fo Mu Cu Thi Seng Chou. Bagi umat yang setiap hari membacanya dengan kesungguhan hati 100 kali lebih lambat laun pasti akan terhindar dari malapetaka, akan bertambah rejeki dan panjang usia. Bagi yang setiap hari membaca lebih dari 100 X, setiap genbap 49 hari, Po Sat akan mengutus dua orang malaikat untuk melindunginya ke mana pun ia pergi, sehingga terhindar dari segala bencana dan malapetaka. Bila membaca genap 900 ribu kali, dapat menghapuskan semua kelima maksiat dan 10 kejahatan.
Lalu dalam Keng Mantra Tujuh Buddha menghapus kan dosa yang diciptakan oleh Hut Co untuk melenyapkan dosa berat umat nya baik yang dilakukan pada masa yang lalu ataupun masa kini, agar yang membaca terhapus dosanya, terhindar dari segala “Sebab Jahat berakibat buruk”.
Kekuatan Keng itu tak terduga, berbagai hambatan perjalanan nasib manusia, pada dasarnya bersumber pada keadaan telah menanam “Benih Kejahatan” dan menerima karmanya. Sedangkan kekuatan Keng (Parita) dapat menghapuskan segala siklus “Benih Jahat”, hingga dengan sendirinya dapat merubah nasib buruk menjadi agak baik. Ini salah satu di antara jalan penyelesaian yang tuntas.
Cara membaca Keng yang terbaik ialah pada pagi hari setelah membersihkan tubuh, memasang dupa dan mulai membaca (Sebelum kita makan tak ada hawa kotor yang melekat, agar bersih). Bagi yang memuja Dewata dan Buddha dalam rumahnya, boleh membakar dupa dan berlutu serta membaca nya. Bila tidak ada yang dipuja, dapat memilih sebuah tempat yang bersih, dimana kita berlutut dan membacanya, namun sebaiknya pergi ke Cetya atau Vihara yang terdekat.
Bagi umat yang membaca Keng sebaiknya tidak makan daging sapi atau anjing (bagi yang makan daging lembu dan anjing, dengan mulut yang kotor lalu membaca Keng maka lebih berat dosanya). Sebaiknya setiap bulan tionghua tanggal 1 dan 15 tidak makan barang berjiwa atau sepuluh dari bulan vegetarian (setiap tanggal 1, 8, 14, 15, 18, 23, 24, 28, 29, 30 bulan tionghua) jika bulan kecil dapat diganti tanggal 27 atau enam hari pada setiap bulan ( setiap tanggal 8, 14, 15, 23, 29, 30 bulan kecil diganti tanggal 28).
Bagi orang yang membaca Keng dapat memilih sendiri 1 atau 2 macam Keng sebagai pegangan yang lama, janganlah tamak banyak ragam, para pembaca harus dengan hati tenang dan sabar, kedua tangan bersembah, mata di pejam dan konsentraasi, jangan ingin cepat, membaca dengan suara perlahan, boleh pula membaca dalam hati, sambil membaca sambil mendengar dan mengendapkan setiap kata itu dalam hati, mencapai keadaan “Keluar dari mulut, masuk ketelinga, terpahat dalam hati”. Lambat laun kekuatan Keng terukur dalam hati, dengan cepat akan bereaksi. Selesai Keng, terasa semangat kita bertambah, dalam hati penuh dengan kasih dan welas asih, sanubari kita terasa lebih cerah.
Harus diperhatikan bahwa dalam membaca Keng harus membuang segala pikiran yang bukan-bukan. Memang pada permulaan nya kurang bisa berkonsentrasi, banyak pikiran yang menggangu, harus setapak demi setapak melatih diri, lambat laun akan mencapai kata dan hati terpadu. Jika “Ada mulut tidak ada hati” atau “Mulut dan hati tidak bersatu”, cara membaca Keng semacam ini biarpun sampai tenggorokan kita serakpun tidak akan berguna.

2. MELEPASKAN MAKHLUK HIDUP
Selain membaca Keng, melepaskan makhluk hidup merupakan cara yang baik pula untuk memupuk kebajikkan dan amal kebaikkan. Manusia dalam dunia tidak untuk menikmati hidangan yang lezat, berusaha memotong makhluk hidup sebanyak mungkin. Untuk kota Hong Kong saja setiap hari berbagai macam hewan yang dibantai dalam dapur dan penjagalan tidak kurang dari 2juta, baik terdiri dari lembu, babi, kambing, ayam, bebek, burung, udang, kepiting, ikan laut, kerang, ular, kura-kura, dll. Hingga seluruh Hong Kong penuh dengan hawa pembunuhan dan dendam, roh dan rasa dendam dari makhluk berjiwa ini, lambat laun bertambah dan bertumpuk, tanpa sengaja akan mendatangkan mara bahaya bagi manusia. Maha Guru Yuen Yin Tan She dalam sebuah sajak larangan membunuh berkata: “Bila ingin mengetahui pertarungan senjata dalam dunia, dengarkan suara pada tengah malam di pintu penjagalan”. Jelas disini bahwa manusia setiap hari membuat dosa. Para dokter kini telah membuktikan bahwa banyak makan daging akan mendatangkan berbagai macam penyakit, terutama banyak makan hasil laut akan menderita berbagai macam penyakit aneh yang sulit disembuhkan. Keseumua dari kenyataan ini adalah hasil penyelidikan konkrit selama bertahun-tahun, yang terdapat dalam unsur berbagai macam karma yang tidak Nampak, yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah masih banyak sekali. Dalam masyarakat yang menitik beratkan pada kenikmatan materi, umumnya orang telah kehilangan kesadaran. Hal ini merupakan bagian kehidupan manusia yang menyedihkan dan mengibakan.
Namun bila ada orang yang dapat memperhatikan manusia dalam hal ini, anda sedikit demi sedikit mulai sadar dan ingat bahwa makhluk hidup/hewan pun mempunyai jiwa dan roh, mengapa manusia harus makan daging silemah secara paksa? Benarkah bahwa mereka dilahirkan untuk dibantai manusia? Tidak adakah hukum kehidupan alam bagi mereka? Tanpa memakan darah dagingnya, manusia tidak dapatkah hidup? Jadi, apakah manusia yang merupakan “Pimpinan semua makhluk” dibentuk atas dasar kelakuan yang sangat kejam ini ?
Dari keadaan sengsara pada saat para hewan dibantai, telah cukup membuktikan dendam kesumat mereka pada manusia, pun telah membuktikan kelaliman manusia. Sebaliknya, bila ada orang yang dapat membuat mereka lolos dari kematian, memberikannya sebuah jalan kehidupan, pastilah hati sanubarinya akan sangat berterima kasih, inipun dapat menunjukkan kewelas asihan.
Oleh karena itu, orang yang memperhatikan beramal telah melakukan sesuatu dalam hal ini: MELEPASKAN MAKHLUK HIDUP. Melepaskan makhluk hidup bukan saja telah memberikan kesempatan bagi makhluk hidup lolos dari kematian, ini pun telah memberikan jalan untuk dirinya “Menghadapi maut bertemu kehidupan” ditinjau dari sudut menghapus dosa dan menanam benih kebajikkan. Hal yang tak terwujud ini tidak ternilai, terutama bagi orang yang sedang menderita penyakit berat yang sering berdoa untuk kesembuhannya sangatlah penting.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melepaskan makhluk hidup, misalkan makhluk dalam air asin haruslah di lepaskan ke lautan, bagi yang hidup di dalam air tawar haruslah dilepaskan dalam air yang tawar(sungai), burung harus dilepaskan ke hutan, agar mereka kembali kea lam kehidupan dan penghidupan yang sesuai.
Untuk melepaskan makhluk hidup sebaiknya memilih sebangsa ikan, hasil laut/ sungai, burung, dll. Harus sering melakukan sebaiknya berjangka terus-terusan atau berjanji setiap bulan melepaskan berapa ekor untuk satu janji, tidak terbatas waktu, kian cepat kian baik, usai satu janji di teruskan janji lain, seperti yang dilakukan tuan Yuen Liauw Fan.
Melepaskan makhluk hidup tidak perlu banyak keluar banyak uang. Jika memang keuangannya tidak mampu, dapat dilakukan secara bertahap, tiap hari menabung 3 yen atau 4 yen, maka setiap bulan dapat menabung antara 90 sampai 150 yen, tetapi haruslah uang itu untuk dipergunakan sesuai dengan keinginan semula, harus ada tekad kepercayaan hati.

3. BERJANJI TIDAK AKAN MAKAN MAKHLUK BERJIWA ATAU VEGETARIAN
Inipun satu cara beramal tanpa mengeluarkan uang, tetapi di Hong Kong belum tentu setiap orang dapat melakukan. Ini haruslah dilihat dari perbedaan pekerjaan dan situasi setiap orang, seharusnya pula dilihat kekuatan janji dan tujuan jaji kita sendiri.
Berjanji tidak makan barang berjiwa tidak harus dilakukan selamanya, dapat ditentukan jangka waktunya atas dasar situasi dan kondisi kita sendiri. Ada yang 100hari, ada yang setengah tahun, ada yang setahun, 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dsb, pula harus dilihat kekuatan dari janji dan tujuan kita sendiri. Misalkan bagi orang yang banyak rintangan dalam perjodohan, dapat ber janji atas dasar keadaan diri sendiri, antara 2 dan 3 tahun, dengan membuat pahala ini akan mendapatkan jodoh yang baik.
Bagi orang yang selalu dadal dalam usaha, dengan melakukan ini selama 2 atau 5 tahun, akan mendapatkan usaha yang langgeng dan mantap. Bagi orang yang berjanji tidak makan barang berjiwa, sebaiknya dating sendiri ke kuil atau wihara yang terdekat. Sebelumnya harus membersihkan diri, dengan sungguh-sungguh dan hikmat, berlutut dihadapan Sang Buddha, lalu berjanji dengan permohonan tertentu. Tidak perlu dengan janji tertulis, tetapi kesungguhan hati akan mengetarkan hati Buddha.
Bagi yang berjanji harus manunggal kata dan perbuatan, apa yang diucapkan harus dapat dilaksanakan, bila melanggar maka akan lebih berat dosanya. Bagi yang berjanji, dilarang membunuh, dilarang pula berjanji dengan memohon hal-hal yang sesat. Misalkan bagi yang memohon jodoh dilarang minta istri muda, bagi yang mohon soal usaha dilarang mohon agar jadi kaya besar, dilarang lagi minta mendapatkan keuntungan dari judi, saham dan sebagainya.
4. SECARA LANGSUNG MENOLONG YATIM PIATU
Walaupun hal ini harus mengeluarkan harta atau materi, namun tidak mesti dalam jumlah yang banyak, sesuai dengan kemampuan kita. Kita sering melihat berita dalam surat kabar yang menyerukan agar pembaca memberikan sumbangan bagi penderita bencana alam dsb. Atau menolong seseorang yang cacat dan sebatang kara, hingga mengemis dijalan. Atau seseorang yang sakit parah tanpa sanak saudara, sakit dan sengsara, harus di tolong.
Hal-hal yang menyedihkan semacam di atas dapat ditemui dimana saja. Bagi orang yang agak mempunyai hati simpatik, pasti akan merasa iba dan kasihan, oleh karena nya tidak sedikit orang yang tergerak hatinya lalu mengumpulkan sumbangan lewat surat kabar untuk diteruskan ke tangan si penderita. Orang-orang ini sedang melakukan sawah kebajikkan, menanam benih kebajikkan bagi masa depan nya sendiri.
Seperti yang telah di uraikan bahwa memberikan amal bukanlah di ukur banyak sedikitnya “UANG” yang dikeluarkan, tetapi dari kesungguhan dan tidaknya hati kita. Jadi di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing, asalkan sipengamal setiap ada kesempatan melakukan nya, besarlah pahalanya.
Bila mungkin langsung diterimakan pada sipenderita, dengan menyaksikan penderitaannya akan lebih mengetuk hati nurani kita, memupuk hati welas asih, inilah hati Buddha. Menyumbangkan sebaiknya tidak mencantumkan nama kita, kita melepaskan budi tanpa ada pamrih minta balasan, agar yang menerima tidak mengingat-ingat dihatinya, pahalanya lebih besar, inilah yang disebut: “Kebajikkan Tanpa Wujud”.
5. MENGUNJUNGI DAN MENINJAU PANTI JOMPO
Cara ini sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang, masing-masing mengeluarkan uang sesuai dengan kemampuan nya lalu bersama-sama membeli barang makanan, misalnya buah-buahan, kue, susu bubuk, barang keperluan sehari-hari, dll, kemudian membawa ke panti jompo dan dibagikan kepada orang-orang lanjut usia.
Umumnya penghuni panti ini adalah orang sebatang kara, ada pula yang berpenyakit, dapatlah kita bayangkan kesunyian hati dan kesedihannya. Mereka membantu kehangatan, kemesraan dan perhatian. Dikarenakan kemunduran fisiknya, mereka tidak lagi trampil, baik berjalan, berpakaian, makan dan minumpun sering mengalami kesulitan. Adapula yang memakai pakaianpun juga terbalik dan tidak rapi, perlu bantuan orang lain, minumpun ada yang menetes dari tepi mulut nya dan membasahi pakaiannya. Terutama kesunyian dalam hatinya yang disertai kesedihan, lebih membutuhkan perhatian dan hiburan. Jadi mengunjungi dan meninjau panti asuhan orang tua meerupakan pahala yang amat besar, dapat menanam benih baik yang tak terhingga.
Jika anda pernah mengunjungi panti asuhan jompo, anda melihat bagaimana mereka dengan langkah gontai dan tangan gemetar serta derail air mata, mereka menerima pemberian itu dengan kedua tangannya yang keriput namun wajahnya menyungging senyum kepasrhan. Adapula yang dengan segera mempergunakan tangannya yang gemetaran mengupas kulit buah-buahan dan memasukkan buah yang telah dikupas ke dalam mulutnya yang telah ompong. Menyaksikan adegan yang menggembirakan dan mengharukan ini, disamping ikut menikmati kegembiraan orang-orang ini, anda dapat menyelami betapa besarnya benih kebaikkan yang telah anda lakukan.
6. MENGUNJUNGI PANTI ASUHAN ANAK YATIM PIATU
Ini dapat dilakukan sendiri atau dngan beberapa orang. Barang yang dibawa boleh beraneka ragam, makanan, mainan, pakaian, bacaan, dll, lalu membagikan pada para yatim piatu.
Para yatim piatu telah kehilangan kasih saying dan perawatan orang tua, tidak mendapatkan kasih sayang ibu dan kehangatan rumah tangga sebagai anak-anak yang biasa. Mereka sudah cukup mengalami penderitaan sebagai anak yang kehilangan kasih sayang, dalam hati kecil mereka telah tergores luka kepedihan yang tak terhapuskan selama hidupnya. Apa yang mereka alami adalah musibah besar dalam penghidupan manusia, mereka membutuhkan kehangatan keibuan dan hatinya membutuhkan hiburan serta membutuhkan pendidikan.
Dengan demikian barang dan “Kasih Sayang” kita menyebabkan mereka mendapatkan kehangatan yang dibutuhkan hatinya, tanpa sengaja kita telah menanamkan benih kebaikkan. Bukankah menerima tawa dan kegembiraan hati mereka merupakan bukti beramal ?

7. MENYUMBANGKAN DENGAN MENCETAK BUKU KEBAKTIAN (KENG) ATAU BUKU-BUKU YANG BAIK.

Buku Keng dan buku baik merupakan perahu kasih yang menyberangkan umat dari arungan kesengsaraan yang disediakan oleh para Po Sat (Bodhisatva): mendorong penyebaran buku Keng dan buku-buku baik, berarti menyebar luaskan hati welas Buddha, pahalanya tidak terukur. Jadi dengan mencetak buku Keng dan buku-buku baik merupakan satu diantara cara terbaik meluku sawah kebajikkan.
Karma dari menyebarkan secara luas buku Keng dan buku-buku baik, dapat mengendalikan perbuatan jahat orang-orang, merubah sijahat kembali kejalan yang benar, mengurangi kejahatan dalam masyarakat, pula dapat mendorong orang menambah persahabatan, saling mengalah dan bersabar, menambah iklim kebajikkan dalam masyarakat.

Oleh karena itu bagi orang-orang yang bermaksud beramal, tak akan melepaskan kesempatan yang sangat baik ini. Jumlah cetakan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, tetapi semua amal ini tidak diukur dari besar kecilnya uang yang di keluarkan, melainkan dari “KESUNGGUHAN HATI” sebagai tolok ukurnya. Hati apakah itu ? yaitu “HATI WELAS HATI BUDDHA”

0 comments:

Post a Comment

Recent Posts

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More